PEMENUHAN KEPERLUAN HIDUP LAYAK DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PEMERINTAH NO. 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN (BASIC SALARY CONCERNING FOR FULFILLMENT OF DESCENT LIFE NEEDS FOR LABOR IN THE PERSPECTIVE OF GOVERNMENT REGULATION NO 78 2015 OF REPUBLIC INDONESIA)

Authors

  • Thamrin S Faculty of Law, Magister Program of Law of Post Program, Islamic University of Riau, Pekanbaru Jl. Kaharuddin Nasution No. 113 Marpoyan Pekanbaru Riau
  • Lidia Febrianti Faculty of Law, Islamic University of Riau, Pekanbaru Jl. Kaharuddin Nasution No. 113 Marpoyan Pekanbaru Riau
  • S. Parman Faculty of Law,Islamic Universityof Riau, Pekanbaru Jl. Kaharuddin Nasution No. 113 Marpoyan Pekanbaru Riau

Abstract

Abstrak

Upah salah satu masalah yang tidak pernah selesai diperdebatkan, baik oleh pekerja dan majikan, mahupun oleh pemerintah, baik pada tingkat nasional, mahupun pada tingkat daerah. Upah perlu menjadi perhatian semua pihak, kerana upah sangat berdampak terhadap berbagai kepentingan. Jika pekerja tidak mendapatkan upah secara adil dan wajar. Maka akan berpengaruh terhadap kehidupan pekerja dan keluarganya serta seluruh masyarakat. Amanat UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyebutkan setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kerbijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja (Fasal 3 Ayat (1)  PP No. 78 Tahun 2015). Fenomena ketidakpuasan pekerja tentang kebijakan pengupahan ditandai dengan sering terjadinya demontrasi tentang pengupahan kerana tidak sesuai dengan amanat peraturan perundangan. Penelitian ini merupakan peneltian hukum normatif dengan menggunakan kajian literatur untuk mendapatkan data sekunder, berupa peraturan perundang-undangan serta berbagai dokumen hukum, serta referensi lainnya yang relevan dengan penetapan upah serta mekanisme penetapan pengupahan yang diatur dalam PP No. 78 Tahun 2015. Gabenor menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman yang merupakan upah bulanan terendah, terdiri atas upah tanpa tunjangan dan upah pokok termasuk tunjangan tetap, berlaku bagi pekerja dengan masa kerja kurang 1 tahun. Kebijakan pemerintah untuk melindungi pekerja terhadap pengupahan adalah menetapkan upah minimum berdasarkan keperluan hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Untuk penetapan upah minimum pekerja/buruh yang lebih berkeadilan sebaiknya pemerintah memberikan penegasan terhadap pengukuran hidup layak bagi setiap daerah dengan cara melakukan survei yang komprehensif tentang Keperluan Hidup Layak dan memenuhi metodologi yang dapat dipertangungjawabkan.      

Kata Kunci: Upah minimum, Keperluan Hidup Layak, implementasi norma

 

Abstract

Basic salary for labors is one of the problems that have never been debated, both by workers and employers, as well as by the government, and both at the national level and at the regional level. Basic salary needs to be of concern to all parties because it has an impact on various interests. If workers do not get fairly, it will affect the lives of workers and their families and the entire community. The mandate of Law No. 13 year 2003 concerning on Manpower, stating that every worker has the right to obtain income that fulfills a decent livelihood for humanity. Basic salary policy is directed at achieving the income that fulfills decent livelihoods for workers (Article 3 Paragraph 1 No. 78 year 2015). The phenomenon of worker dissatisfaction with the basic salary policy is characterized by frequent demonstrations because the policies are not in accordance with the mandate of legislation. This research is normative legal research using literature review to obtain secondary data, in the form of laws and regulations as well as various legal documents, also other references relevant to basic salary setting and the mechanism that stated in Government Regulation No. 78 year 2015. The governor sets the minimum basic salary as a safety net which is the lowest monthly rate, consisting of basic salary without allowances and basic salary including allowances that valid for workers with a work period of less than 1 year. Government policy to protect workers against basic salary is to set a minimum rate based on the needs of decent living by paying attention to productivity and economic growth. To establish a more equitable minimum rate for workers, the government should affirm the measurement of decent living for each region by conducting a comprehensive survey of decent living needs and fulfilling an accountable methodology.

Keyword: Minimum rate, descent life needs, norma implementation

References

Any Suryani. 2014. Tanggungjawab Negara Terhadap Korban Perdagangan Orang dan Hak Asasi Manusia, Mataram: Pustaka bangsa.

Adrean Sutedi. 2009. Hukum Perburuhan. Jakarta: Sinar Grafika.

Markus Sidauruk. 2013. Kebijakan pengupahan di Indonesia, Tinjauan Kritis dan Panduan Menuju Upah Layak. Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, ,

Nur Chanifah. 2013. Sistem Upah (Ujrah) yang Berkeadilan Menurut Islam. Malang: Pusat Pengembangan Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Peraturan Pemerintah RI No. 78 Tahun 2015, tentang Pengupahan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 7 Tahun 2013, Tentang.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 21 Tahun 2016, Tentang Keperluan Hidup Layak.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan

http://maulanaihsan49.blogspot.co.id/ [Access on 9 July 2017]

Downloads

Published

2019-06-19

Issue

Section

Language & Heritage