Ungkapan Makian Dalam Wacana Politik Dan Kepemimpinan Di Twitter: Analisis Ketidaksantunan Berbahasa

Swear Words in Political and Leadership Discourse on Twitter: Linguistic Impoliteness Analysis

  • Nur Iffah Zulhairi
  • Junaini Kasdan
Keywords: ungkapan makian, ketidaksantunan berbahasa, politik dan kepemimpinan, media sosial, korpus

Abstract

Masyarakat Malaysia, amnya dan orang Melayu, khususnya, terkenal dengan sopan santun dan kata-kata berlapik seperti pantun dan peribahasa, apatah lagi apabila bertutur dengan pemimpin atau orang yang lebih tua.  Namun, pengamatan awal mendapati masyarakat Malaysia sudah mula menggunakan ungkapan makian secara terbuka di media sosial. Justeru, kajian ini secara khusus bertujuan (1) mengenal pasti dan menganalisis kata makian yang digunakan dalam wacana politik dan kepemimpinan dalam kalangan masyarakat Malaysia di Twitter; dan (2) menjelaskan makna ungkapan makian dan fenomena yang berlaku berdasarkan pendekatan ketidaksantunan berbahasa. Data dikumpulkan daripada teks hantaran Twitter yang melibatkan wacana politik dan kepemimpinan untuk tempoh Julai 2020 – Mei 2021. Hasil kajian menunjukkan terdapat enam jenis ungkapan makian yang digunakan oleh masyarakat Malaysia, iaitu sifat, anggota badan, pekerjaan jahat, agama, haiwan dan lain-lain.Ungkapan makian yang berkaitan dengan sifat, seperti ‘bodoh’ ‘bangang’ dan ‘sial’didapati lebih banyak digunakan dalam wacana politik dan kepemimpinan.  Hal ini sesuai dengan gambaran sifat pemimpin yang negatif; berlawan dengan sifat atau ciri pemimpin yang diidamkan, iaitu bijak, jujur dan amanah.Teori pilihan menjelaskan bahawa penggunaan ungkapan makian dari kelompok kata sifat adalah disebabkan masyarakat masih mampu mengawal emosi dan tetap menjaga kesantunan ketika berbicara dengan pemimpin atau orang yang lebih dihormati walaupun dalam suasana yang tidak menyenangkan.

Kata kunci: ungkapan makian; ketidaksantunan berbahasa; politik dan kepemimpinan; media sosial, korpus

 

ABSTRACT

Society Malaysia, the Malays in general and in particular, is known for manners and words like poetry and proverbs, especially when speaking to the leaders or elders. However, initial observations found that Malaysians have begun to use swearing words openly on social media. Thus, this study specifically aims (1) to identify and analyse profanity used in political and leadership discourse among the Malaysian community on Twitter; and (2) to explain the meaning of swearing words and the phenomena that occur based on linguistic impoliteness approach. Data collected from Twitter posts involving political and leadership discourse for the period July 2020 – May 2021. The results shows six types of swear words used by Malaysians are nature, limbs, evil work, religion, animals, and others. Adjectives related to nature, such as 'bodo/bodoh’ (stupid),‘bangang’ (numskull) and ‘sial’ (damn), were more widely used in political and leadership discourse. This is in line with the description of the harmful nature of the leader; it goes against the traits or characteristics of the desired leader, which is wise, honest and trustworthy. The choice theory explains that using swear words from adjectives groups is because society can still control emotions and still maintain politeness when talking to leaders or more respected people, even in an unpleasant situation.

keywords: swear words; linguistic impoliteness; political and leadership; social media, corpus

Published
2022-07-05
How to Cite
Zulhairi, N. I., & Kasdan, J. (2022, July 5). Ungkapan Makian Dalam Wacana Politik Dan Kepemimpinan Di Twitter: Analisis Ketidaksantunan Berbahasa. Jurnal Wacana Sarjana, 6(1), 1-16. Retrieved from https://spaj.ukm.my/jws/index.php/jws/article/view/459